Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Romo Antonius Benny Susetyo, mengatakan fragmen mengegerkan yang dipresentasikan sejarahwan Harvard, Karen King, beberapa hari lalu adalah sebuah histografi yang sudah lama dibahas para ahli sejarah kuno dalam Gereja.
Sebagaimana ramai
diberitakan sejumlah media, Selasa lalu, 18 September 2012, Profesor
Karen King mempublikasikan hasil penelitiannya atas sebuah fragmen
kecil--sebesar kartu nama--yang diduga merupakan bagian dari papirus
kuno. Fragmen itu diperkirakan ditulis pada masa Koptik Mesir Kuno pada
abad 4 sesudah Masehi.
Pada fragmen yang ditulis
dalam bahasa Koptik Kuno itu ada kata-kata, "Yesus berkata kepada
mereka, 'IstriKu'." Lalu pada bagian berikutnya ada kalimat, "Dia bisa
menjadi murid-Ku."
Temuan ini menghangatkan
kembali diskusi yang nyaris sudah usang dalam Gereja tentang apakah
Yesus pernah menikah atau tidak. King menegaskan bahwa dia mulai
meneliti fragmen kecil itu semenjak tahun 2011 bersama sekelompok
sarjana.
Romo Benny menyatakan
fragmen kecil itu sudah ratusan tahun lalu dibahas oleh para ahli
Gereja, ahli Alkitab, dan ahli sejarah dalam Gereja. Fragmen seperti
yang ditemukan itu, yang disebut mirip dengan Injil Thomas, sudah lama
digolongkan sebagai mitos belaka, sebab tidak ada orisinalitasnya, dan
dasar historisnya juga sangat lemah.
Lantaran dianggap hanya
mitos, para ahli sejarah, ahli alkitab Gereja berabad-abad tidak pernah
menganggap fragmen seperti itu sebagai sesuatu yang menguncang iman
Kristiani. Itu sebabnya, ketika Karen King Selasa 18 September itu
mempublikasikan hasil penelitiannya, Gereja sama sekali tidak
membicarakannya. Bertanya saja, bahkan tidak.
"Karena ini sudah lama
dan sudah diteliti beratus-ratus tahun. Dan juga karena iman seseorang
tidak ditentukan oleh temuan seperti itu," kata Romo Benny.
Siapa pemilik asli
fragmen itu belum diketahui. Dalam publikasinya, King menyebutkan bahwa
fragmen itu milik seseorang yang tidak mau disebut namanya. Dia
menghubungi King guna membantu menerjemahkan dan menganalisanya.
Menurut New York Times,
King dan timnya berkesimpulan bahwa fragmen itu asli adanya dan bukan
palsu. Tintanya memudar, serat papirus, dan tulisan tangan dalam bahasa
Koptik. Bahasa Koptik yang dipakai dalam fragmen itu adalah bahasa
kelompok Kristen permulaan di Mesir.
Bukan bukti Yesus menikah
Karen King sendiri
menegaskan bahwa temuan itu bukanlah bukti bahwa Yesus memang pernah
menikah. Apalagi, lanjutnya, fragmen itu ditulis berabad-abad sesudah
Yesus wafat. Dan semua literatur yang muncul berabad-abad sebelumnya,
termasuk pada masa-masa awal Gereja, tidak ada yang menulis soal
pernikahan itu.
Kepada Times,
King menyebutkan bahwa potongan fragmen itu hanya menunjukkan bahwa pada
abad ke-4 sesudah Masehi itu, ada diskusi yang hangat di kalangan
Kristen tentang apakah Yesus selibat atau menikah. Dengan begitu, mereka
bisa menentukan kira-kira jalan mana yang mereka bisa tempuh."Fragmen
tersebut menunjukkan ada pemeluk agama Kristen di masa-masa awal yang
punya anggapan Yesus menikah," katanya.
Karen King bukan orang
pertama yang memberi kesimpulan seperti itu. Sebelumnya, saat pemiliknya
mendapatkan papirus itu pada tahun 1997 dari seorang Jerman, dia
mendapatkan secarik kertas berisi catatan. Tulisan tangan dalam memo
itu berisi bahwa seorang profesor ahli Mesir Kuno di Berlin mengatakan,
fragmen tersebut adalah "contoh satu-satunya" dari teks di mana Yesus
menyebut kata "istri".
King menyebutkan bahwa
baris tertentu dari teks ini mirip dengan Injil Thomas dan Mary,
keduanya diyakini ditulis di akhir abad ke-2, dan kemudian
diterjemahkan dalam bahasa Koptik. Sebagaimana diketahui, hampir semua
Gereja tidak mengakui Injil Thomas dan Mary itu. Penelusuran berada-abad
para ahli manuskrip Gereja menemukan bahwa Injil Thomas itu ditulis
jauh sesudah Injil Perjanjian Baru ditulis. Para ahli Gereja menilai
tulisan Thomas itu sesat. Penelusuran sejumlah ahli kitab kuno menemukan
bahwa tulisan dan fragmen adalah bikinan pengikut Manicheus yang muncul sekitar abad 3-4 sesudah Mahesi di Persia, yang menganggap pewahyuannya lebih lengkap dari agama-agama besar.
0 komentar:
Posting Komentar
Broken Link ? or Any Request ? left your comment